Kamis, 25 April 2019

MAHASISWA STKIP BISA MENGIKUTI KULIAH DI ITS SURABAYA

Dokumentasi Kuliah umum
STKIP PGRI sumenep 

Retorika News
– Mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI) Sumenep tidak hanya terpaku kuliah pada satu kampus atau bisa mengikuti perkuliahan di kampus lain, semisal di UNESA, ITS Surabaya, dan Thailand. STKIP sudah bekerja sama dengan kampus-kampus luar tersebut berdasarkan Memorandum of Understanding (MOU).   (24/04)

Terkait hal ini, Endry Nogroho Prasetyo sebagai pemateri dalam acara kuliah umum di STKIP PGRI Sumenep  tahun 2019 mengatakan bahwa mahasiswa STKIP bisa melanjutkan studinya di kampus ITS Surabaya. “STKIP sudah bekerja sama dengan ITS Surabaya maka mahasiswa STKIP boleh mengikuti perkuliahan di ITS Surabaya, satu semester atau dua semester. Walaupun seperti itu tidak semua mahasiswa STKIP bisa mengikuti perkuliahannya beberapa semester di ITS Surabaya, tergantung kapasitasnya, tergantung SKS-nya, dan lain-lain”, tuturnya.

Seirama dengan penjelasan tersebut, dirinya juga menambahkan bahwa, “Sebenarnya mahasiswa STKIP untuk bisa kuliah di Thailan sangatlah gampang dan itu saya pastikan bisa langsung diterima tanpa tes dengan satu kertas. Dengan surat yang saya tulis bisa langsung diterima jika saya mau. Namun, saya harus tahu kualitasnya agar nantinya disana tidak memalukan saya”, sambungnya.

Senada dengan penjelasan Endry Nogroho Prasetyo, Ketua STKIP PGRI Sumenep, Asmoni, menegaskan bahwa mahasiswa STKIP boleh mengikuti perkuliahan di ITS Surabaya. “Pelibatan mahasiswa bidang studi satu semester misalnya bisa ke ITS Surabaya, bukan hanya ke ITS tapi bisa ke UNESA sebetulnya. Termasuk mahasiswa kita magang ke Thailan, itu ada dasar MOU semua. Kita sudah bekerja dengan ITS, UNESA, juga dengan pihak di Thailan”, tegasnya.

Berhubungan dengan penjelasan tersebut, Asmoni juga mengatakan bahwa mahasiswa STKIP PGRI Sumenep tidak merespon informasi terkait magang ke Thailan pada tahun 2018. “Sudah saya infokan kepada bagian kemahasiswaan waktu lalu untuk di persiapkan magang ketailan. Hanya saja tahun kemaren selama tahun 2018 sudah saya infokan ke Thailan, mungkin gak ada yang daftar sehinnga gak kita berangkatkan”, tambahnya. Lati/rifti

Sabtu, 06 April 2019

Usai


By: Rifka Prodi PJKR
Aktif Sebagai Wartawan LPM Retorika

Kemarin puisiku tak tuntas
Bersamaan dengan semburat senja yang baru aku lihat 
Kamu datang pergi selekas kilat
Kemarin puisiku tak tuntas
Sekelebat renjana gugur diatas teras rumah
Bagai hujan kemarin sore
Lantas wajahmu berlalu lalang dikelopak mataku
Kemarin puisiku belum juga tuntas

Sekarang puisiku usai

Mahasiswa Mananti Kejutan Dari Dunia Baru STKIP PGRI Sumenep


https://Wokeeh.com

Hari ini persaingan dalam segala hal sudah sangat gesit sehingga untuk dapat menjadi pemeran utama yang mampu terpandang dalam lingkup sosial luas maka sangat diperlukan adanya kemampuan yang mupuni, baik dari segi intelektual maupun yang lainnya. Dalam hal ini perguruan tinggi menjadi salah satu wadah untuk memperoleh ataupun mengasah pengetahuan yang dimilliki, dan lebih menariknya lagi untuk dapat mencapai semua itu mayoritas masyarakat seringkali memandang akan kualitas dari perguruan tinggi itu sendiri, sehingga tidak lagi menjadi hal aneh hari ini jika banyak individu yang memilah dan memilih perguruan tinggi untuk dijadikan tempat belajarnya.
Dalam dunia kerja ijazah menjadi hal fundamental untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, oleh karenanya seakan sangat perlu pemuda hari ini untuk mengejar pendidikannya sampai taraf perguruan tinggi agar lebih mudah untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Orang yang sudah berhasil menyandang gelar sarjana lebih memiliki peluang besar dalam pekerjaan dibandingkan orang yang hanya lulusan SMA/SMK. Bahkan terlebih dari semua itu lulusan dari perguruan tinggi yang cukup terpandang juga menjadi salah satu pertimbangan dan peluang besar untuk tercapainya itu semua, sehingga muncullah wacana masyarakat bahwa jika gagal diterima dalam perguruan tinggi negri setidaknya dapat diterima dalam perguruan tinggi suasta yang terpandang.
Disisi lain pendidikan dalam perguruan tinggi suasta terbaik juga memiliki kurikulum yang berkualitas atau sebanding dengan kurikulum perguruan tinggi negri. Sedangkan perguruan tinggi suasta biasa kurikulumnya cenderung ketinggalan zaman sehingga mahasiswanya kurang update terhadap persoalan yang terjadi hari ini. Bahkan bukan hanya itu fasilitas didalamnya juga menjadi pandangan bagi calon mahasiswa baru, karena kenyaman dalam proses pembelajaran juga dapat mendukung akan kelancaran. Berkaitan dengan hal tersebut kualitas dari dosen didalamnya juga merupakan pandangan yang utama, karna jika pengetahuan dari dosen tidak memadai akan ilmu yang diberikan maka akan mengakibatkan kesalah pahaman dari mahasiswa tau bahkan sebaliknya yaitu mahasiswa tidak merasa puas akan ilmu atau materi yang ingin dirinya tempuh.
Dari beberapa hal diatas sudah dapat membuktikan akan semua keinginan masyarakat dalam memilih lembaga perguruan tinggi, yaitu paling tidak adalah perguruan tinggi suasta terbaik yang berkualitas. Karena perlu ditekankan kembali bahwa lulusan dari lembaga terbaik juga dapat memudahkan dalam mencari pekerjaan, sebab hal itu juga menjadi pandangan atau pertimbangan bagi berbagai perusahaan walaupun kemampuan dalam suatu bidang juga menjadi hal yang tak kalah penting didalamnya.
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI) Sumenep, adalah salah satu lembaga perguruan tinggi tertua usia berdirinya di kabupaten Sumenep. Jika dilihat dari usia berdirinya seharusnya lembaga perguruan tinggi tersebut sudah bukan lagi sebagai Sekolah Tinggi melainkan sudah menjadi Institut atau bahkan Unifersitas. Karena melihat perjalanan sejarahnya, quota mahasiswa baru pada awal tahun 2000-an pernah mencapai hampir 1000 atau pernah juga sampai melebihi angka tersebut. Disisi lain program studi didalamnyapun sudah mencapai target namun entahlah apa kendala yang bisa menghambat akan semua itu sehingga tidak bisa naik pada tingkat diatasnya.
Hari ini, jelasnya tahun 2019 sudah terpilih ketua STKIP PGRI Sumenep yang baru namun masih tetap dengan orang yang sama. Maksudnya ketua kampus STKIP PGRI Sumenep hari ini menjabat dua periode dan dari hal tersebut melihat keadaan yang terjadi maka timbullah pertanyaan-pertanyaan besar.
Sudah dibahas dari atas bahwa masyarakat seringkali menilai akan kualitas kampus yang akan dipilihnya dan apakah ketua baru hari ini sanggup menjawab tantangan dari keinginan masyarakat khususnya lokal Sumenep. Melihat perjalanan panjang yang telah dilalui oleh STKIP PGRI Sumenep yang sampai sekarang masih belum mampu terangkat pada jenjang diatasnya seperti Institut atau Universitas apakah mungkin akan hadir berbagai macam kejutan untuk menarik minat calon mahasiswa baru agar ingin masuk kampus yang dikenal dengan julukan Taneyan Lanjhang (Halaman Panjang) tersebut. Sementara realita membuktikan bahwa hari ini banyaknya mahasiswa baru yang masuk STKIP PGRI Sumenep menurun jika dibandingkan dengan awal tahun 2000-an yang lalu.
Delapan dari sepuluh orang di Desa Matanair, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep mengatakan bahwa mereka lebih tertarik untuk kuliah di luar Madura karena mereka memandang kampus luar lebih berkualitas, baik dibidang tingkat perguruannya, Kurikulum, bahkan fasilitas dan yang lainnya. Sehingga masyarakat didesa tersebut menilai bahwa saat telah lulus dari kampus luar mereka akan dipandang sebagai orang yang berkualitas dan dapat pula lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang cukup baik.
Perbincangan antar mahasiswa STKIP PGRI Sumenep sendiri seringkali menghadirkan pertanyaan-pertanyaan besar seperti hal demikian. Kira-kira strategi seperti apa yang akan disajikan oleh ketua baru STKIP PGRI Sumenep hari ini, baik berupa konsep, Fasilitas Akademik, dan yang tak kalah pentingnya juga Fasilitas umum yang lainnya.
Jika hari ini hal tersebut tidak dapat disadari oleh sifitas kampus atau pengelola maka sudah dapat dipastikan dengan jelas bahwa besok, bulan depan atau bahkan tahun depan STKIP PGRI  Sumenep akan tetap sama seperti hari ini. Bahkan melihat merosotnya persentase mahasiswa baru hari ini yang masuk kampus tersebut telah dapat diperkirakan bahwa untuk tahun-tahun selanjutnya akan kehausan mahasiswa jika kejutan-kejutan baru yang disajikan masih belum juga mampu menarik minat calon mahasiswa baru.


by: BSR.

Puisi

Dakwah Persada
By: Fida Prodi PMTK
Aktif Sebagai Wartawan LPM Retorika


Kolaborasi air menggandeng mesra butiran tanah
Menyibak riset alam mengalutkan siluet tata surya
Mengindahkan klasik terngkai konstan bumi persada
Macam kelir membidik dimensi hidup yang bergemuruh
Mantra demi darat dan laut
Menyelundup ke akar bangsa yang di gelayuti arus purba
Getir dan kakunya peradaban tak lagi membentuk endapan
Yang dicairkan dengan doa suci tetesan pra akasra
Sebab tiada mampu putaran arus balik ombak menghantam era
Konfigurasi peta pun menyilang keras tentang pemisah
Lantas menjulurkan multi pemersatu tanpa angkuh
Negeriku mutiara
Gayamu menggerogoti selaksa logika
Mengincau cair bersimbiosis nyata bersama senyawa solid
Kau tanah dan kau air
Ku dendangkan syair titipan murni
Bersatulah jadi nilai hingga hasilpun membulat harga
Lahap kejanggalan badai
Jangan dilirik sanggahan kondisi yang tesisih
Negeriku Indonesia
Dalam air bervolume biota
Manjanjikan kehidupan pelayar
Yang mengobarkan sejulur kain menggerus agin
Dalam tanh pun, tersimpan merapat orientasi hidup pribumi bangsa
Semesta, bantu waktu berfikir dan berdzikir
Menjaga pusaka yang disambut tantangan hebat menderu
Mengabdi teruntuk permainya dirgahayu

Artikel


Agama Lonte Lebih Indah dari Agama Kiyai, Pendeta, dan Sejenisnya

Oleh: Busri MTR
 Sebagai Redaktur Pelasana Di LPM Retorika


Manusia merupakan makhluk sosial yang masih membutuhkan pada manusia yang lain dan dengan hal itu tentunya manusia lahir kedunia hanya untuk menjadi pelengkap bagi yang lain, namun karena adanya berbagai perbedaan yang hadir ditengah-tengah sosial maka sifat ke Aku-an itu datang, dalam artian sifat ke Aku-an ini, jika masih tetap tertanam dalam setiap pribadi manusia akan tumbuh menjadi Ego yang hal tersebut hanya menjadikan manusia sebagai pribadi yang memiliki sifat ingin menang sendiri. Tak dapat dipungkiri keinginan untuk mejadi manusia yang paling benar kerap kali dimiliki oleh setiap individu, namun hal tersebut hanya akan menimbulkan pertikaian jika dalam diri manusia tidak didampingi oleh rasa sosialisme yang tinggi. Oleh sebab itu perlu adanya kesadaran diri agar kemaslahatan mampu terjalin ditengah-tengah sosial. Pemicu adanya pertikaian sosial yaitu salah satunya adalah teori pembodohan yang dicekokan pada masyarakat yang kurang mampu memahami dalam hal pendidikan sehingga mudah terpengaruh oleh ajaran yang tidak jelas tujuannya, sama halnya dengan pendapat salah satu ilmuan, Ivan Illich dia mengatakan bahwa  ada hal yang lebih jahat dari manusia  yang membakar hutan, yaitu membakar pikiran, dalam hal ini Ivan Illich mengutarakan asumsinya bahwa perbuatan jahat yang dilakukan secara fisik oleh manusia belum mampu terkategorikan sebagai perbuatan yang sangat keji, melainkan perbuatan keji yang lebih parah dari semua itu adalah adanya pembakaran pikiran dengan memberi teori pembodohan, mengadu domba satu sama lain dan berbagai hal sejenisnya.
Manusia adalah makhluk yang notabenenya berketuhanan atau beragama, maka tentu telah dipahami bahwa dalam setiap agama tidak mungkin mengajarkan kejahatan pada setiap pengikutnya. Namun akhir-akhir ini tidak sedikit orang yang dengan mudahnya menggadaikan nama tuhannya untuk bertarung ditengah sosial, entah dalam hal politik ataupun yang lainnya. Seringkali dapat kita jumpai isu yang marak terjadi belakangan ini bahwa banyak terjadi problematika kehidupan seperti teror yang seakan berlatar belakang agama, dalam hal ini biasanya selalu dikaitkan dengan kata jihad yang didampingi dengan iming-iming surga, padahal tujuan adanya agama tidak lain hanya untuk sebuah kerukunan sosial. Seperti pendapat yang pernah diutarakan oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj. MA. bahwa agama apapun yang diturunkan oleh Tuhan sebenarnya untuk memperkuat hubungan yang harmonis diantara kita semua sebagai manusia, dan percuma adanya sebuah agama jika tidak mengajarkan keharmonisan dalam bermasyarakat.
Kekerasan merupakan tindakan yang merugikan terhadap orang lain, dan seperti apapun motif kekerasan itu tetap saja dikatakan sebagai tindakan yang menyakiti dan merugikan terhadap orang lain. Seperti halnya kekerasan yang sering terjadi di daerah Madura dan dapat diakui sebagai budaya, mungkin bagi orang Madura sendiri sudah bukan merupakan sesuatu yang asing lagi jika dihadapkan dengan kekerasan yang selalu disebut Carok, namun meskipun tindak kekerasan itu dapat dikatakan budaya tapi tetap saja dikategorikan sebagai hal yang merugikan terhadap orang lain. Study tentang kekerasan yang khususnya terjadi di daerah Madura ini telah dikaji dalam bukunya Dr. A. Latief Wiyata (2013:9) “kekerasan merupakan tindakan untuk menyakiti orang lain sehingga menyebabkan luka-luka atau mengalami kesakitan, dan penggunaan kekuatan fisik yang tidak lazim walaupun dalam suatu kebudayaan. Jadi dari beberapa kajian tersebut dapat dipahami bahwa seperti apapun motif kekerasan dan untuk apapun tujuannya maka tetap saja hal itu tidak baik, walaupun berlatar belakang agama, politik, budaya, dan yang lainnya. Oleh sebab itu maka sudah jelas bahwa tindakan yang merugikan orang atau kelompok lain seperti isu yang mencuat akhir-akhir ini, dan hal itu dapat dikategorikan tindakan teror karena berakibat keresahan.
Diera abad ke-21 pada saat sekarang ini pola penyerangan seorang penjajah tak lagi dengan senjata, akan tetapi mereka banyak berperang dengan cara mengkonstruk paradigma masyarakat dengan teori pembodohan. Salah satu ilmuan, Paulo Prier mengatakan jika perpolitikan sudah turun pada ranah pendidikan maka pendidikan akan rendah, jadi dari hal tersebut sudah dapat dipastikan bahwa diera saat ini seringkali masyarakat yang masih kurang mampu untuk memahami problematika yang sebenarnya maka tanpa disadari pula mereka akan menjadi mangsa yang dimanfaatkan bagi para pemain politik. Bahkan seringkali terjadi penjastisifiksian pada seorang pelacur, dengan mudah kalangan sosial selalu menganggap bahwa seorang pelacur tidak beragama karena mereka dianggap tidak pernah memperhitungkan ajaran tentang ketuhanan, padahal paradigma ini ditolak dalam tulisannya Prof. Dr. Nur Syam, M. Si, beliau mengatakan bahwa seringkali pelacur dikenal sebagai perempuan malam atau perempuan nakal yang seakan selalu dipandang tak pernah kenal dengan tuhan, padahal mereka juga manusia biasa yang masih membutuhkan tuhan dalam kerohaniannya, (Agama Pelacur:2010:1-11).
Dari beberapa pendapat yang diutarakan oleh para ilmuan dapat dipastikan bahwa tak ada satupun manusia yang tak mengakui akan keadaan tuhan, akan tetapi tidak juga harus membawa nama tuhan ditengah kericuhan walaupun dalam bukunya Karen Amstrong juga dituliskan, sesuatu yang beraroma agama memang selalu terlihat berlatar belakang kekerasan bahkan dari Yunani kuno sampai saat ini pemikiran tentang hal tersebut memang sangat sulit sekali untuk ditepis, akan tetapi dapat diketahui pula bahwa tak ada ajaran agama yang mengajarkan tentang kekerasan, dan dari hal tersebut tujuan sebuah agama tak lain hanya untuk menemukan sebuah ketenangan bukan sebuah kericuhan, maka dari itu perlu adanya sebuah pemahaman yang jelas agar semua isu yang ada tidak menjadi pendorong adanya kericuhan sosial, bahkan jika agama seorang kiyai, pastur, pendeta, dan yang lainnya masih tetap saja memicu adanya kekerasan maka perlu dipertanyakan keagamaannya, dan sudah dapat dipastikan lebih baik agamanya seorang pelacur yang tak pernah mempersoalkan keimanan orang lain.

Kepala Bagian HUMAS dan Kewirausahaan Mengadakan Hajatan Sebagai Bentuk Rasa Syukur

Foto. Hajatan Kepala Bagian HUMAS dan Kewirausahaan di Pusat Ingkubator Wirausha Sumenep


Retorika News-Pelantikan Mutasi Pengelola Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI) Sumenep pada Senin 01 April kemarin telah menjadikan sebagian besar tenaga pengelola harus pindah jabatan, melepas jabatan lama dan menjalani jabatan baru.

Dalam hal ini, mantan Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan Khoirul Asiah, M.S.I. mengundang beberapa pimpinan Kampus, Jajaran ketua Program Study (PRODI), Pengurus badan eksikutif mahasiswa (BEM), dan Perwakilan Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) STKIP PGRI Sumenep untuk berdoa bersama dan sekaligus Ramah Tamah sebagai bentuk Tasyakuran dirinya sebagai Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (HUMAS) dan Kewirausahaan yang merupakan Jabatan barunya di tahun ini. Acara yang dikemas dengan ramah tamah itu dilaksanakan pada jum'at siang pukul 12.30 di Gedung Pentas Kesenian (05/04)

Dalam sambutannya khoirul Asiah menyampaikan "Atas nama pribadi saya mohon maaf. Karena, masih banyak kekurangan di sana sini selama saya menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang kemahasiswaan (WAKA III). Kepada semua ketua Prodi saya ucapkan terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya," ucapanya

Selain itu, ia juga menyampaikan beberapa pesan khususnya bagi pengurus baru yang telah mengganti dirinya di bagian kemahasiswaan.

"Saya titip buat Pak Fauzi Waka Baru. Pertama, saya berharap agar tidak mengkotak-ngotakan bendera ABC, biarlah itu menjadi proses dinamika anak-anak kita mau berproses dimana, yang terpenting tujuannya satu, yaitu kita STKIP. Saya yakin anda netral dan bisa merangkul semua pihak," Imbunya.

Ketua STKIP PGRI Sumenep Asmoni yang juga turut hadir dalam acara Tasyakuran tersebut, Humas dan Kewirausahaan itu dalam sambutannya dirinya mengaku bahwa selama kepemimpinan dirinya Mahasiswa sangat kondusif, hal itu merupakan prestasi yang dicapai oleh Kemahasiswaan.

"Khusus kepada Bu Irul, saya ucapkan banyak terimakasih atas peran sertanya dalam mengembangkan STKIP. Alhamdulillah, terbukti selama kepemimpinan saya kurang lebih tiga tahun, tidak ada sesuatu yang fatal. Semoga prestasi-prestasi seperti ini bisa dilanjutkan oleh pak Fauzi dan pimpinan yang lainnya," Jelasnya.

Selama menjadi Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan, Khoirul Asiah juga merupakan sosok yang paling akrab dengan seluruh Mahasiswa, tidak hanya itu, dirinya sangat mengapresiasi terhadap Mahasiswa yang aktif di organisasi.

Hal demikian dibuktikan dengan pengakuan dari mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Periode 2017-2018 Syauqi Robbil Afief.

"Sejak dari awal saya ikut organisasi sampai saya menjadi pengurus, Bu Irul selalu memberikan support terhadap program kerja yang kami laksanakan. bahkan, saya tahu sendiri bahwa beliau sangat senang ketika ada mahasiswa yang ikut dan aktif di organisasi," Jelas dia.

Robi juga berharap agar prestasi-prestasi yang sudah dicapai oleh Mantan Wakil Ketua III itu dapat dipertahankan oleh penggantinya.

"Semoga pengganti beliau bisa mempertahankan atas semua yang sudah beliau lakukan," Tambahnya. /Fida/Syf

WAKA III Bidang Kemahasiswaan Menaruh Harapan Besar pada Pengurus Baru LPM Retorika


Foto. pemgambilan sumpah .

Retorika News_ masa pepengurusan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Retorika STKIP PGRI Sumenep periode 2017-2018 yang dipimpin oleh Miftahol Hendra Efendi kini sudah mencapai puncak akhir jabatan.

Masa berakhirnya Hendra dibuktikan dengan terpilihnya Asyari wartawan LPM Retorika Angkatan 2016 dari Program Study  Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia sebagai Pimpinan Umum Baru Periode 2019-2020.

Proses pemilahan Pimpinan Umum baru itu telah dilaksanakan pada Musyawarah Besar ke XVI (MUBES XVII) pada awal Bulan Maret kemarin.

Adapun Prosesi Pelantikan Pengurus Baru LPM Retorika STKIP PGRI Semenep 2019-2020 dilaksanakan pada Jumat Sore di Auditorium Lt. III gedung selatan (05/04).

Pelantikan itu dihadiri oleh Wakil ketua Bidang Kemahasiswaan (WAKA III), Pengurus BEM, Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), pengurus Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP), dan Segenap Senioritas LPM Retorika dari masa ke masa.

Rentetan acara dalam kegiatan tersebut diantaranya Pembacaan Surat Keputusan (SK) oleh staf Wakil ketua Bidang Kemahasiswaan Saniman, S.Pd. sekaligus Pengambilan sumpah dari pengurus baru yang dipimpin oleh Moh. Fauzi, M.Pd .selaku WAKA III dan Sambutan-sambutan.

Dalam Sambutan Ketua Demisioner Hendra berharap untuk selanjutnya LPM Retorika tetap menjadi garda terdepan sebagai media dalam mengawal berkembangan dan informasi seputar kampus STKIP.

"Saya titip pada kalian dan lanjutkan cita-cita saya," Terang dia.

Asy’ ari Selaku ketua terpilih Pimpinan Umum LPM Retorika Periode 2019-2020 juga menyampaik “ Harapan saya, LPM kedapannya selalu eksis dan istiqomah dalam membaca, menulis, teruatama dalam memberikan informasi-informasi yang terupdate terkait seputar kampus . mengapa saya mengajak sahabat penan jangan pernah meninggalkan dunia membaca dan menulis, dalam bukunya Pramoedya Ananta Toer  dia bilang " Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah "  tidak berhenti di situ situ saja artinya sahabat-sehabat pena LPM,  jangan sampai lelah untuk berkarya apapun bentuknya yang penting  itu Pusitif. Ungkapnya

Adanya pers dapat menjadikan orang bisa menggenggam dunia, hal itu senada dengan apa yang disampaikan oleh Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan Moh. Fauzi.

"Ada tiga cara yang dapat menjadikan kita bisa menggenggam dunia, salah satunya adalah pers." ucapnya

Dirinya menambahkan "Selamat kepada pengurus baru, semoga kalian amanah dalam mengemban tugas, dan jangan lupa banyak belajar dan membaca, karena kalian ini sebagai orang yang aktif di Pers," Jelas Fauzi.

Harapan dari salah satu anggota LPM Retorika terhadap Pimpinan Umum yang sudah selesai dilantik Abd. Latif berharap Pengurus baru agar mampu menjadikan LPM tetap Eksis dengan berita-berita yang terupdate dan menerbitkan karya-karya Mahasiswa baik Fiksi atau Non Fiksi.

"Saya berharap Kak Ari sebagai PU baru mampu mempertahan dan mengembangkan Eksistensi LPM Retorika," harapnya. /aisy/Syf


Selasa, 02 April 2019

Surat Mutasi Pengelola Secara Mendadak, Ada Apa Dengan Ketua STKIP PGRI Sumenep ?



Foto. Pembacaan SK Pelantika Pengelola

Retorika News- Euforia Informasi mengenai Perubahan struktur pengelola kampus Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI) Sumenep dikalangan civitas akademika sudah beredar jauh sebelum penunjukan langsung dari ketua STKIP dan pelantikan Mutasi Pengelola dilaksanakan. 02/04

Ada beberapa tenaga pengelola yang dimutasi sesuai dengan usulan ketua STKIP PGRI Sumenep tentang komposisi perombakan dan pemindahan tugas pengelola, serta hasil koreksi keputusan yang dikeluarkan oleh Pengurus Pembina Lembaga Pendidikan (PPLP PT) STKIP PGRI Sumenep, pada tanggal 13 Maret 2019  telah menghasilkan komposisi personalia pengelola STKIP PGRI Sumenep.

Diantaranya unsur Wakil ketua I, II, III, Staf progam studi Bimbingan Konseling (Prodi BK), Staf program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi (Prodi PJK-R), Staf program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Prodi PPKn), Staf program studi Matematika, Staf program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI), Ketua dan Staf Prodi PBSI, Sekretaris UPT Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB), kepala dan sekretaris Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM), Kepala, Sekretaris dan Staf Unit Penjaminan Mutu (UPM), Sekretaris dan Staf Perpustakaan, Kepala Bagian Keuangan, serta Kepala bagian dan Staf Humas Kewirausahaan.

Ketua STKIP PGRI Sumenep Asmoni dalam sambutannya di depan pengelola yang telah selesai dilantik berharap bahwa dengan adanya keputusan perombakan strukur pengelola dapat menjadikan kampus lebih maju dan berkembang sesuai dengan visi misi yang ada, mengingat adanya jabatan itu adalah sebuah amanat untuk memajukan dan meningkatkan kualitas STKIP. “Selamat kepada Bapak dan Ibu yang dipercaya sebagai pimpinan dan struktur lainnya di lingkungan STKIP PGRI Sumenep.” Ucap Asmoni.

Pihaknya juga menambahkan ucapan terima kasih kepada pimpinan yang lama yang sudah berjuang dan berusaha semaksimal mungkin bersama dirinya untuk kebaikan STKIP PGRI Sumenep. “Ucapan terima kasih kepada pimpinan yang sebelumnya bersama saya sejak tahun 2016 sampai 2018,” imbuh dia.

Sealin itu, sebagian pimpinan yang ditunjuk langsung di forum itu  tidak menyangka bahwa dirinya akan dimutasi pada bidang lain, serta sebagai pimpinan yang baru untuk lebih-lebih banyak belajar, agar melaksanakan tanggungjawab semaksimal mungkin.
“Tidak menyangka bahwa saya akan di Wakil Ketua Bidang Administrasi Umum, yang jelas ini bidang baru, otomatis saya harus banyak belajar, Intinya yang baik di pertahankan dan di tingkatkan.” Jelas Agus Riyanti . yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Akademik.

Informasi Mutasi Pengelola sebenarnya tidak ada pemberitahuan sebelumnya, sebagaimana pengakuan dari Jamila, M.Pd bahwa pagi-pagi  dirinya mendapat undangan untuk menghadiri acara perubahan pengelola kampus yang akan dilaksanakan di aula Lt. III, dan ia juga tidak menyangka dari sebelumnya bahwa dirinya akan menjadi Wakil Ketua Bidang Akademik. “Tidak ada pemberitahuan, hanya surat edaran tadi pagi dari Pak Asmoni, bahwasanya  besok pemberitahuan mutasi.”Ungkapnya.

Jamila juga mengaku bahwa jabatan baru saat ini biasa-biasa saja meskipun dirinya terpilih menjadi Wakil Ketua, karna jabatan sabagai amanat untuk melaksanakan visi dan misi agar kampus lebih berkembang dengan berkualitas.

Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan tidak kalah penting dirinya juga memiliki harapan besar dengan jabatan barunya dengan mengajak Kepada mahasiswa untuk bersatu demi kampus STKIP PGRI Sumenep lebih maju. “Kepada mahasiswa ayok kita bergandeng tangan bersama-sama, saya tidak ingin di depan tapi ayok kita bersama-sama,”Harap M. Fauzi. /SGR

Senin, 01 April 2019

Puisi



Teka-Teki

Diam-diam terpendam sebuah keinginan yang besar
Bahasamu  yang bijak kini sudah terliha tujuannya 
Teka teki itu sudah kau lalui, rembulanpun jatuh di wajahmu
Siapapun tak mampu melihat wajahmu saat ini
Wajahmu yang kusut dan suram telah hilang seketika terganti rembulan
Ada apa di balik otakmu dahulu, dan sekarangpun aku tak tahu

Rumput bertanya-tanya, cemarapun berlarian mencari kunci tabir itu
Sebagian pengulung tertawa 
Sebagian orang gila bahagia 
Burung-burung berdendang riya
Kita sudah berhasil meraihnya

By: Slow

Demi Menghindari Rasa Kejenuhan Jabatan, STKIP Mutasi Sebagian Pengelola

Foto. Prosesi Penandatanganan oleh Waka I, II, III. serta ketua STKIP Beserta PPLP.


Retorika News_ Sekolah Tinggi Keguruan  dan Ilmu Pendidikan  Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI)Sumenep, melaksanakan   palantikan mutasi pengelola, diantaranya ada Wakil Ketua Bidang Akademik (WAKA I), Wakil Ketua Bidang Administrasi Umum (WAKA II), Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan (WAKA III), serta beberapa jajaran pengelola lainnya.

Pelantikan tersebut dilaksanakan di Aula lantai tiga kampus STKIP PGRI Sumenep pada hari Senin, 01 April 2019, dan dihadiri oleh perwakilan setiap Ormawa dan Pengurus Pembina Lembaga Pendidikan (PPLP PT).

Pelantikan mutasi pengelola itu dilantik langsung oleh Ketua STKIP PGRI Sumenep Dr. Asmoni M.Pd. Berkaitan dengan hal itu, persiapan dari acara tersebut ternyata tidak membutuhkan banyak persiapan bahkan pihak yang dilantik ditunjuk secara langsung didalam forum.

Moh. Fauzi M.Pd sebagai WAKA III Bidang Kemahasiswaan usai resmi dilantik,  ia mengatakan bahwa dirinya ditunjuk secara mendadak dan tidak ada komunikasi sebelumnya.

“Sebenarnya saya tidak tahu mau diletakkan di WAKA III, Cuma ketika ada berita yang kemarin, tiba-tiba ada yang mengucapkan selamat, selamat apanya orang saya belum pegang SK (Surat Keputusan),” Jelas Moh. Fauzi.

Mantan Ketua Prodi PBSI itu menambahkan bahwa amanah yang diberikan itu cukup berat , namun hal itu pasti ada trik tertentu untuk meringankan bebannya.

“Sebenarnya ini adalah tanggung jawab yang berat, cuma ini menjadi tidak berat kalau kita bersama-sama dengan ormawa tanpa terkecuali, karena tanggung jawab jika dipikul bersama-sama akan jadi ringan, dan langkah yang selanjutnya saya akan melakukan pertemuan dengan ormawa, karena target terdekat adalah mahasiswa,” lanjut Moh. Fauzi selaku Waka III Bidang Kemahasiswaan.

Ketua STKIP PGRI Sumenep Asmoni M.Pd mengatakan maksud ditunjuknya secara dadakan pihak yang dilantik adalah untuk mengantisispasi terjadinya kesalah pahaman atau hal yang tidak diinginkan lainnya.

“kalau misalkan ada komunikasi sebelumnya itu bahaya, seolah ada kontak, seolah ada mobilisasi, atau yang lainnya, iya kalau misalkan terrealisasi kalau misalkan tidak?, karena apa yang menjadi struktur yang baru ini bukan hanya formasi saya secara pribadi tapi karena itu telah hasil diskusi kami dengan PPLP,” papar Asmoni.

Sehubungan dengan hal tersebut dirinya juga mengatakan tentang mutasi pengelola periode selanjutnya adalah yang terpenting menempatkan orang yang memang pas pada vak-nya. “memang dalam pengelolaan organisasi yang paling penting kegiatannya adalah menempatkan orang yang benar pada jabatannya, kita dalam rentang waktu sebelumnya itu kan biasa dalam suatu masa kita menginginkan sesuatu yang lebih untuk kemajuan dan kebesaran STKIP, atas dasar itu kita memilah sehingga kita yakini inilah format terbaru di unsur pimpinan”, lanjut Pria yang sudah menjabat ketua dua periode itu.

Disisi lain Drs. H. Abu Imam selaku ketua Pengurus Pembina Lembaga Pendidikan (PPLP) menjelaskan bahwa sangat perlu adanya mutasi jabatan baik hal itu dalam suasta atau yang lainnya. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menjaga rasa kejenuhan didalam pejabat itu sendiri.

“Mutasi jabatan itu dalam suatu lembaga, baik lembaga suasta maupun lembaga pemerintah itu adalah hal yang biasa, jadi dasarnya bukan untuk yang lain tapi untuk menjaga kejenuhan, jadi suatu lembaga yang tetap itu saja itu akan ada kejenuhan, jadi harus ada restrukturisasi untuk mengkontrol kejenuhan itu,” Jelasnya. (Busri/aan)

Suhartatik, M.Pd. Resmi Menahkodai Kaprodi Baru PBSI STKIP PGRI Sumenep.



 Foto. Prosesi Pelantikan Mutasi Pengelola STKIP PGRI Sumenep 

Retorik News-Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PRODI PBSI) Suhartatik, resmi dilantik sebagai Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) kampus Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI) Sumenep, periode 2018-2022, Senin, 01 April 2019.

Pada periode kepemimpinan Ketua STKIP PGRI Sumenep Asmoni, M.Pd. sebelumnya,  saat dirinya menjabat sebagai Ketua Pergantian Antar Waktu ( PAW), ketu prodi PBSI STKIP PGRI Sumenep diduduki oleh Moh. Fauzi  yang hari ini dimutasi ke kursi Wakil ketua Bidang kemahasiswaan (WAKA III).

Dalam pelantikan mutasi pengelola STKIP PGRI Sumenep yang dilaksanakan pada Senin siang di Aula Lt. III Gedung selatan kampus STKIP 01 April 2019, Sosok baru yang dimutasi sebagai KAPRODI PBSI tahun ini, sebelumnya  menjabat sebagai Sekretaris Prodi. Karena ada kebijakan baru dari ketua STKIP yang disepakati oleh Pengurus Pembina Lembaga Pendidikan (PPLP PT)  STKIP PGRI Sumenep sehingga dirinya mendapat amanah baru menjadi Ketua Prodi.

Usai prosesi pelantikan, kepada wartawan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Retorika, Suhartatik membocorkan beberapa program yang akan menjadi target selama dirinya menjabat sebagai Ketua Prodi PBSI ke depan. Salah satu bocoran program yang akan dilakukan itu adalah membangun koordinasi yang baik antara Prodi dengan Organisasi Mahasiswa PBSI dan juga bersinergi dengan lembaga-lembaga sekolah yang ada di Kabupaten Sumenep dalam rangka Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB).

“Pertama, koordinasi dengan himpunan mahasiswa prodi (HMP) PBSI yang baik, kita membangun integritas. dan yang kedua hubungan dengan sekolah, kita memilih sekolah binaan, karena tujuannya selain mengasah kemampuan mahasiswa sendiri dan acuannya pada PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) artinya untuk merekrut Mahasiswa baru PBSI lebih mudah,” Paparnya.

Salain hal itu, Ia memiliki harapan besar terutama dirinya bisa lebih bertanggungjawab dalam menjalankan tugas barunya itu.
“Jadi, Sebenarnya tidak ada bedanya (dengan jabatan yang sebelumnya), hanya tinggal komitmen dengan teman-teman semua, lebih bertanggung jawab dan bekerja dengan baik,” imbuhnya.

Terkait ketua Prodi yang sudah dinahkodai oleh sosok baru itu, harapan besar juga disampaikan oleh mahasiswa PBSI semester IV Fikrul Anwar, ia berharap  ketua baru di Prodi PBSI menjadi ketua yang lebih bijak dari ketua yang sebelumnya.

“karena kebijaksanaan itu sudah melebihi dari segalanya, kemudian hal-hal yang dipandang kurang baik yang terjadi pada tahun sebelumnya,  tidak akan terulang lagi,” jelas Fikrul. /Syf/ltf.