Sabtu, 06 April 2019

Artikel


Agama Lonte Lebih Indah dari Agama Kiyai, Pendeta, dan Sejenisnya

Oleh: Busri MTR
 Sebagai Redaktur Pelasana Di LPM Retorika


Manusia merupakan makhluk sosial yang masih membutuhkan pada manusia yang lain dan dengan hal itu tentunya manusia lahir kedunia hanya untuk menjadi pelengkap bagi yang lain, namun karena adanya berbagai perbedaan yang hadir ditengah-tengah sosial maka sifat ke Aku-an itu datang, dalam artian sifat ke Aku-an ini, jika masih tetap tertanam dalam setiap pribadi manusia akan tumbuh menjadi Ego yang hal tersebut hanya menjadikan manusia sebagai pribadi yang memiliki sifat ingin menang sendiri. Tak dapat dipungkiri keinginan untuk mejadi manusia yang paling benar kerap kali dimiliki oleh setiap individu, namun hal tersebut hanya akan menimbulkan pertikaian jika dalam diri manusia tidak didampingi oleh rasa sosialisme yang tinggi. Oleh sebab itu perlu adanya kesadaran diri agar kemaslahatan mampu terjalin ditengah-tengah sosial. Pemicu adanya pertikaian sosial yaitu salah satunya adalah teori pembodohan yang dicekokan pada masyarakat yang kurang mampu memahami dalam hal pendidikan sehingga mudah terpengaruh oleh ajaran yang tidak jelas tujuannya, sama halnya dengan pendapat salah satu ilmuan, Ivan Illich dia mengatakan bahwa  ada hal yang lebih jahat dari manusia  yang membakar hutan, yaitu membakar pikiran, dalam hal ini Ivan Illich mengutarakan asumsinya bahwa perbuatan jahat yang dilakukan secara fisik oleh manusia belum mampu terkategorikan sebagai perbuatan yang sangat keji, melainkan perbuatan keji yang lebih parah dari semua itu adalah adanya pembakaran pikiran dengan memberi teori pembodohan, mengadu domba satu sama lain dan berbagai hal sejenisnya.
Manusia adalah makhluk yang notabenenya berketuhanan atau beragama, maka tentu telah dipahami bahwa dalam setiap agama tidak mungkin mengajarkan kejahatan pada setiap pengikutnya. Namun akhir-akhir ini tidak sedikit orang yang dengan mudahnya menggadaikan nama tuhannya untuk bertarung ditengah sosial, entah dalam hal politik ataupun yang lainnya. Seringkali dapat kita jumpai isu yang marak terjadi belakangan ini bahwa banyak terjadi problematika kehidupan seperti teror yang seakan berlatar belakang agama, dalam hal ini biasanya selalu dikaitkan dengan kata jihad yang didampingi dengan iming-iming surga, padahal tujuan adanya agama tidak lain hanya untuk sebuah kerukunan sosial. Seperti pendapat yang pernah diutarakan oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj. MA. bahwa agama apapun yang diturunkan oleh Tuhan sebenarnya untuk memperkuat hubungan yang harmonis diantara kita semua sebagai manusia, dan percuma adanya sebuah agama jika tidak mengajarkan keharmonisan dalam bermasyarakat.
Kekerasan merupakan tindakan yang merugikan terhadap orang lain, dan seperti apapun motif kekerasan itu tetap saja dikatakan sebagai tindakan yang menyakiti dan merugikan terhadap orang lain. Seperti halnya kekerasan yang sering terjadi di daerah Madura dan dapat diakui sebagai budaya, mungkin bagi orang Madura sendiri sudah bukan merupakan sesuatu yang asing lagi jika dihadapkan dengan kekerasan yang selalu disebut Carok, namun meskipun tindak kekerasan itu dapat dikatakan budaya tapi tetap saja dikategorikan sebagai hal yang merugikan terhadap orang lain. Study tentang kekerasan yang khususnya terjadi di daerah Madura ini telah dikaji dalam bukunya Dr. A. Latief Wiyata (2013:9) “kekerasan merupakan tindakan untuk menyakiti orang lain sehingga menyebabkan luka-luka atau mengalami kesakitan, dan penggunaan kekuatan fisik yang tidak lazim walaupun dalam suatu kebudayaan. Jadi dari beberapa kajian tersebut dapat dipahami bahwa seperti apapun motif kekerasan dan untuk apapun tujuannya maka tetap saja hal itu tidak baik, walaupun berlatar belakang agama, politik, budaya, dan yang lainnya. Oleh sebab itu maka sudah jelas bahwa tindakan yang merugikan orang atau kelompok lain seperti isu yang mencuat akhir-akhir ini, dan hal itu dapat dikategorikan tindakan teror karena berakibat keresahan.
Diera abad ke-21 pada saat sekarang ini pola penyerangan seorang penjajah tak lagi dengan senjata, akan tetapi mereka banyak berperang dengan cara mengkonstruk paradigma masyarakat dengan teori pembodohan. Salah satu ilmuan, Paulo Prier mengatakan jika perpolitikan sudah turun pada ranah pendidikan maka pendidikan akan rendah, jadi dari hal tersebut sudah dapat dipastikan bahwa diera saat ini seringkali masyarakat yang masih kurang mampu untuk memahami problematika yang sebenarnya maka tanpa disadari pula mereka akan menjadi mangsa yang dimanfaatkan bagi para pemain politik. Bahkan seringkali terjadi penjastisifiksian pada seorang pelacur, dengan mudah kalangan sosial selalu menganggap bahwa seorang pelacur tidak beragama karena mereka dianggap tidak pernah memperhitungkan ajaran tentang ketuhanan, padahal paradigma ini ditolak dalam tulisannya Prof. Dr. Nur Syam, M. Si, beliau mengatakan bahwa seringkali pelacur dikenal sebagai perempuan malam atau perempuan nakal yang seakan selalu dipandang tak pernah kenal dengan tuhan, padahal mereka juga manusia biasa yang masih membutuhkan tuhan dalam kerohaniannya, (Agama Pelacur:2010:1-11).
Dari beberapa pendapat yang diutarakan oleh para ilmuan dapat dipastikan bahwa tak ada satupun manusia yang tak mengakui akan keadaan tuhan, akan tetapi tidak juga harus membawa nama tuhan ditengah kericuhan walaupun dalam bukunya Karen Amstrong juga dituliskan, sesuatu yang beraroma agama memang selalu terlihat berlatar belakang kekerasan bahkan dari Yunani kuno sampai saat ini pemikiran tentang hal tersebut memang sangat sulit sekali untuk ditepis, akan tetapi dapat diketahui pula bahwa tak ada ajaran agama yang mengajarkan tentang kekerasan, dan dari hal tersebut tujuan sebuah agama tak lain hanya untuk menemukan sebuah ketenangan bukan sebuah kericuhan, maka dari itu perlu adanya sebuah pemahaman yang jelas agar semua isu yang ada tidak menjadi pendorong adanya kericuhan sosial, bahkan jika agama seorang kiyai, pastur, pendeta, dan yang lainnya masih tetap saja memicu adanya kekerasan maka perlu dipertanyakan keagamaannya, dan sudah dapat dipastikan lebih baik agamanya seorang pelacur yang tak pernah mempersoalkan keimanan orang lain.

1 komentar: