Kamis, 14 November 2019

Tentang Cemara

Puisi.

By: Busri Prodi PBSI Semester 5
Pengurs LPM RETORIKA

Dibalik ranting cemara kutemukan senyummu yang ranum,
Ratap kupinta Sukma, merasuk pada relung kasih yang tak ternoda,
Lepas kurasa, bersama rona jingga kuterbangkan doa.

Sejenak ku rebahkan resah pada pilu yang menguning, lantaran senyumnya menutup segalanya,
Sejenak kutitip rindu pada hati yang terkubur, lantaran hanya padanya sebuah rasa tak kan gugur,

Tujuh tahun, Tujuh benua, Tujuh samudra, Tujuh gemintang, merangkum nyala cinta dengan aroma yang merona,
Lalu pelan-pelan ku kecup keningnya dengan tujuh rindu yang ku genggam,
Sementara itu tak sengaja kutancapkan belati dalam setiap kecupnya pada hati yang diam-diam menyimpan namanya,
Hingga dedaunan pada tujuh ranting Cemara itupun ikut berguguran lantaran dilema.

Tujuh tahun yang lalu, ada rindu yang membingkis senyum dalam kelopak matanya
Tujuh tahun yang lalu, ada tangan lembut yang biasa mengusap tetes bening dimatanya
Tujuh tahun yang lalu, ya!, Tujuh tahun yang lalu

Dalam dekapnya yang mengusap pundakku,
Aku berbisik,
Saat ini sedang kutunggu Maret datang dan singgah tepat satu jengkal didepan mataku,
Dan kala itu kusaksikan jerit, perih, belati yang menancap dari setiap kecupnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar