Opini,
![]() |
Penuli: Moh. Busri, Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep, Prodi PBSI Semester V (Lima), sekaligus pengurus LPM Retorika, yang beralamat di Matanair, Rubaru, Sumenep. |
Sempat ramai diperbincangkan tentang Hari Ibu pada tanggal 22 Desember kemarin, hal tersebut menarik dua pandangan yang saling bertolak belakang. Pada satu sisi ada yang tidak setuju dengan adanya peringatan Hari Ibu tersebut, dikarenakan menurutnya hal itu merupakan budaya Yahudi yang tidak seharusnya diikuti oleh orang Muslim. Pada sisi yang lain ada juga yang menerima tentang peringatan Hari Ibu tersebut, karena menurut pandangannya seorang ibu yang memang menjadi malaikat bagi anak-anaknya dirasa sangat pantas untuk mendapatkan perayaan yang sedemikian rupa.
Kedua pandangan tersebut saling bertolak belakang bahkan saling menghujat satu sama lain tanpa ada dasar yang jelas. Baginya yang tidak setuju mereka ungkapkan bahwa hari ibu tidak perlu diperingati, sebab sebagai seorang anak memang memiliki kewajiban untuk mencintai dan berbakti pada ibunya setiap saat. Namun bagi mereka yang setuju akan peringatan Hari Ibu, mereka mengatakan bahwa kewajibannya untuk mencintai seorang ibu memang setiap saat, akan tetapi sebagai bentuk penghormatannya yang sangat besar maka dirinya rayakan pada saat peringatan Hari Ibu.
Dari beberapa hal yang terjadi sebenarnya sangat lucu, bahkan mereka yang berpendapat masih tetap saja bersikokoh pada pemikirannya yang jumut, tidak mau melihat pada latar historis yang sebenarnya bahkan melihat hal itu hanya dengan pandangannya sendiri. Saat ini pengetahuan dan pendidikan sudah sangat pesat perkembangannya, maka dari itu seharusnya manusia yang hidup saat ini sudah mampu berpikir secara kritis tentang wacana yang didapat.
Bahkan dirinya juga dapat melihat dan menyikapi hal itu dengan dasar yang akuntabel, tidak hanya berasumsi berdasarkan pandangan tanpa didasari pengetahuan yang jelas, karena hal itulah yang akan membangun opini publik yang tidak baik.
Latar historis Hari Ibu sebenarnya dimulai pada masa pergerakan kaum perempuan untuk memerdekakan Indonesia, yaitu dengan adanya Kongres Perempuan Indonesia yang pertamakali dilakukan pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Sebenar pergerakan kaum perempuan tersebut tidak langsung terbentuk pada saat itu, melainkan memang sudah dilatar belakangi oleh beberapa gerakan ditahun-tahun sebelumnya. Seperti halnya gerakan kaum perempuan pada abad ke-19 yang dimotori oleh R.A. Kartini, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, Dewi Sartika, Walanda Maramis, M. Christina Tiahahu, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, dan masih banyak yang lainnya. Dari tokoh-tokoh tersebut mampu membangun semangat kaum perempuan sehingga pada 22 Desember 1928 terlaksanakan kongres pertama Perempuan Indonesia.
Dalam kongres pertama tersebut, melahirkan beberapa gagasan yang akan dicapai oleh para perempuan, hal itu meliputi Persatuan perempuan Nusantara, Peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan, Peranan perempuan dalam segala aspek pembangunan bangsa, Perbaikan gizi bagi ibu dan balita, dan sebagainya. Semenjak saat itulah kaum perempuan di Indonesia berperan lebih untuk kemerdekaan dan perkembangan bangsa.
Melihat perjuangan yang dilakukan oleh para perempuan Indonesia, maka Bung Karno sebagai presiden pertama Indonesia memutuskan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959, bahwa tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu, bahkan dirayakan secara nasional hingga sampai saat ini.
Hari Ibu dari awal diperingati sebagai bentuk penghargaan terhadap kaum ibu (Perempuan), karena pada saat itu perempuan yang dianggap tidak bisa berbuat lebih dari seorang laki-laki ternyata mampu memiliki semangat yang tidak kalah gentar darinya. Namun pada saat ini Hari Ibu dijadikan sebagai hari penghargaan terhadap seorang ibu yang berperan heroik dalam rumah tangga.
Menjadi pejuang bangsa ataupun pahlawan rumah tangga, tidak akan mengurangi tahtanya sebagai manusia istimewa. Oleh sebab itu mencintai ibu merupakan kewajiban seorang anak disetiap saat, dan merayakan Hari Ibu juga merupakan keharusan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mengenang betapa heroiknya kaum ibu dalam kemerdekaan Indonesia dan perkembangan bangsanya.
Berhentilah untuk saling menyalahkan satu sama lain, yang hal itu haya disebabkan oleh perbedaan pandangan, tanpa ada dasar dan pengetahuan yang jelas. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki jiwa kesatuan, maka dari itu redam segala perpecahan yang ada dengan perbincangan yang baik dan jelas, agar sosialisme antar bangsa Indonesia benar-benar dapat terealisasi.
izin share ya admin :)
BalasHapusburuan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Line : agen365
WA : +855 87781483 :)
Silakan di add ya contaknya dan Bergabung juga ya :)