Sabtu, 05 Oktober 2019

UNTUK ALIF

Cerpen. 
Foto. Fadila Annaila Prodi PBSI
semester 1, crew Lpm Retorika .

Ini masih tentang rindu
Yang menyelimuti setiap jengkal perasaanku
Mohon jangan dihina
Sebab ini adalah kejujuran
Apa salah jika aku mengucap cinta?
Percayalah...
Tidak ada hal benar yang ku ungkap selain itu
Aku hanya menginginkanmu
Sebab kemabukanku
Dikarenakan dirimu

SELA

    Sore ini aku membiarkan deras hujan mengguyur tubuh kurusku, aku tak peduli jika harus sakit setelahnya, karena memang itulah yang menjadi keinginanku. Bodoh, aku memang bodoh sebab telah membiarkan akar perasaan ini tertancap kuat dihati.
Dia.....
Mengapa aku harus terpenjara dalam rasa cinta kepadanya?, rasa yang jelas-jelas tak akan pernah memberi keuntungan untukku, rasa yang jelas-jelas selalu membuatku tersiksa.
Mengapa aku harus mencintainya huh?...
Disaat dia telah ditakdirkan untuk mencintai perempuan lain.
Dan tidak ada yang lebih menyakitkan dari ini ketika perempuan yang dia cintai adalah teman dekatku sendiri. Apa yang harus kulakukan?..
# # #
     Hari ini aku melihatnya, ia tak sendiri, ia sedang bersenda gurau dengan fasya teman dekatku, kudapati sebuah kebahagiaan tercetak jelas diwajahnya. Namun mengapa aku harus merasa kesal ketika melihatnya tertawa dengan perempuan lain?.
Tuhan...
Jahatkah diriku?
Atau memang seperti inikah mencinta?
Tuhan...
Ajari aku tentang semua ini
Sebab aku masih belum bisa mengerti
Akankah ini cinta sejati?
Atau sebuah ketulusan?
Aku ragu untuk menyimpulkannya
Sebab ini kali pertama aku mencinta
Dan sakitnya sudah terasa parah


# # #
     Peperangan kembali meletus antara dua sekutu, aku yang diam-diam mengintip medan peperangan tak sengaja melihat dia “ALIF”, ia juga mengenakan atribut untuk perang, aku tersenyum bangga ketika melihatnya berdiri dibarisan pertama.
Lihat, dia begitu mengagumkan bukan?
# # #
Sudah 5 jam lebih namun peperangan tak kunjung usai, bahkan sudah banyak badan yang gugur, darahpun sudah tercecer dimana-mana.
Membuat sela yang tetap berdiri ditempat persembunyiannya merasa mual. Ya, ia belum pergi, sebab hanya ingin memenuhi keiginannya yaitu untuk menyaksikan seseorang  yang sangat dicintainya meraih kemenangan. Namun beberapa saat kemudian, ia mendapati seseorang yang tampak mencurigakan, orang itu mengarahkan pistolnya ke bahu alif.
“dasar pengecut” batin sela.
 Lantas ia berlari secepat yang ia bisa menuju medan perang lalu segera memeluk tubuh alif dengan kuat.
DORRRR...
Sebuah peluru menembus kulit bahu kirinya dan berhenti tepat dijantungnya, sebulir air mata jatuh mengalir dipipinya, darah merembes dibajunya, dan rasa sakit menguasai sekujur tubuhnya, kedua matanya telah berkunang.
Ia mendongak, menatap wajah alinya yang masih dikuasai oleh keterkejutan.
Ia mengangkat tangan kanannya, lalu jari-jarinya membelai lembut wajah ali
“AAA...LLL... IIIF...”sahutnya sembari tersenyum, dan setelah itu badannya ambruk, kedua matanya tertutup rapat, kesadarannyapun menghilang.
“SEL......LA...” teriak ali, lalu memeluk gadis itu dengan erat.
Inilah hari dimana pertama kali ia menangis
hari ini ia telah kehilangan sosok yang selalu dilukainya
hari ini ia telah kehilangan sosok yang tulus mencintainya.

Beritahu aku sekuat apa hatimu
Saat kau baru menyadari perasaanmu
Ketika dia yang kau cintai telah pergi meninggalkanmu
Beritahu aku bagaimana cara menebus kesalahan
Ketika kau dengan sengaja selalu melukainya, dan dengan sengaja tak pernah menghargai kehadirannya
Lalu...
Disaat dia tiada
Penyesalanlah yang mengiringi langkahmu
                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar