Foto: Penulis
Putri yang Gelisah
Oleh : Mila
Mentari datang menyapa sang putri yang sedang menikmati kehidupan maya. Sang putri membuka kedua matanya, dengan mengatakan selamat pagi Cinta. Semoga kau yang di sana baik-baik saja, meski ku sendiri tak tau apakah kau masih ingat tentang masa-masa yang pernah kita lalui bersama.
Sang putri terus memandang ke luar jendela dengan berkata. Angin, tolong sampaikan pesanku untuknya yang jauh di sana. Sampaikan bahwa aku sangat merindukannya. Burung, tolong hiburlah dia, buat dia melupakan semua masalahnya dan buatlah dia bahagia seperti sebelumnya.
“ Non, air hangatnya sudah siap. Silahkan non mandi dulu”. Kata seorang pelayan, membuyarkan lamunannya.
“iya terima kasih”. Jawab putri dengan wajah ketus.
Sebelum sang putri mengenal pangeran, dia orangnya kasar, egois, dan juga pemarah. Hingga semua pelayan tak suka terhadapnya. Hanya ada satu pelayan yang selalu menemaninya, yaitu bik Ija.
Bik Ija orangnya sangat telaten, dia tahu apa yang di sukai putri dan apa yang tidak. Dia juga bisa merasakan apa yang sedang di alami putri.
Setelah selesai mandi, sang putri tetap saja memikirkan pangeran yang ada di dalam hatinya. “Entah siapakah itu, sehingga pangeran tersebut sudah membuat sang putri berubah. Mungkinkah dia seseorang yang bisa membuatnya bisa menghargai orang lain? “tanya bik Ija dalam hatinya.
Suatu hari, bik Ija pergi menemui putri yang lagi duduk di taman “ Non, ngapain di sini sendirian? Ayo kita masuk ke dalam.” Kata bik Ija dengan nada lembut. “ Non lagi mikirin apa sih? Akhir-akhir ini sering murung?” tanya bik Ija.
“aku gak papa kok bik. Bik Ija ngapain ke sini?” Putri mengalihkan permbicaraan.
“ bibik ke sini hanya ingin nyamperin non, ya sudah kalau bibik mengganggu non, bibik ke dalam”
Bik Ija beranjak meninggalkan sang putri di taman sendirian.
Putri hanya terdiam menatap bunga-bunga yang ada di taman dan ia beranjak mendekatinya seakan ada seseorang yang memanggilnya.
“hai pangeran, ngapain kau di sini? Tanya putri dengan nada bahagia.
“aku ke sini ingin melihat keadaanmu, kamu baik-baik saja kan?”
“seperti yang pangeran lihat, aku baik-baik saja pangeran”.
Mereka berbincang-bincang sambil menikmati keindahan taman disekitar. Tak lama kemudian....
“pangeran... pangeran...” putri mencari pangeran yang telah pergi dari hadapannya. Akhirnya putri sadar bahwa ia hanya berangan.
Mentari yang indah dengan cahayanya, kini redup di selimuti awan hitam. Hingga langit menangis membasahi tubuh sang putri. Namun Putri hanya diam tak beranjak sedikitpun. Ia tetap saja melamun memikirkan sang pangeran.
“non, ini sudah hujan. Ayo masuk kedalam, ayah non memanggil non.” Bik Ija datang dengan membawa payung.
Putri menuruti bik Ija dan ia masuk ke dalam. Sesampainya di dalam ia terkejut melihat sosok pangeran yang sedang berdiri di samping ayahnya. “mungkin ini hanya halusinasiku saja” kata putri dalam hatinya. Kemudian ia pergi meninggalkan pangeran.
“ayo non ganti baju dlu, setelah itu kebawah temui ayah non” Kata bik Ija.
Putri menurutinya dan setelah selesai ia turun kebawah menemui ayahnya.
“nah ini dia putriku” kata ayah putri mengenalkannya kepada pangeran
“namaku pangeran, senang bertemu denganmu” kata pangeran dengan menjulurkan tangan kanannya.
“saya putri” Putri tetap tidak percaya dengan apa yang terjadi, dia bingung apa ini nyata ataukah hanya hayalan.
“ayah mengundang pangeran ke sini, karena ayah ingin menjodohkan kalian berdua” jelasnya. “apakah kalian berdua setuju?” tanya ayah putri kepada mereka.
“kalau saya terserah putri om” jawab pangeran
“bagaimana denganmu putri?” tanya ayah putri
“putri terserah ayah saja” jawab putri
“Bagus kalau gitu, berarti kalian berdua setuju dengan keputusan saya. Pernikahannya akan di langsungkan minggu depan, jadi kalian harus bersiap-siap” ayah putri menjelaskan
Putri tetap tak menyangka, bahwa apa yang di impikan selama ini akan benar-benar terjadi. Dia sangat bahagia mendengar keputusan ayahnya.
Seminggu kemudian, putri dan pangeran melangsungkan pernikahannya. Dan mereka hidup bahagia, layaknya Rama dan Sinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar